Jadi bekal untuk cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.
Setiap pasangan mengharapkan kebahagiaan saat menapaki jenjang pernikahan. Untuk ini, berbagai kriteria dipatok. Para lajang mencatat bahwa lawan jenis dengan penampilan dan finansial bagus adalah pendamping hidup ideal. Tapi benarkah semua itu membahagiakan hidup?
Ty Tashiro, profesor psikologi di University of Maryland mengatakan, salah satu pertimbangan untuk mencari pasangan adalah sikap ramah yang dimilikinya. Ciri kepribadian itu bisa dijadikan bekal untuk cinta dan hasrat seksual yang berkelanjutan.
Lebih luasnya, individu yang dimaksud memiliki sikap sopan, fleksibel, percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf, berhati lembut dan toleran. Sebaliknya, ada neurotisisme sebagai sifat terburuk perusak hubungan. Individu dengan kepribadian ini rentan terhadap kecemasan, depresi, malu, ketidakstabilan emosional dan ketidakamanan.
Selain itu, keterbukaan tidak selalu menjadi kehangatan dalam hubungan. Bila dikombinasikan dengan rendahnya tingkat kesadaran, keterbukaan justru jadi bencana.
"Jika menjalin hubungan dengan kekasih yang sering membuat Anda sedih, maka sifat-sifatnya yang kerap membuat Anda sedih akan terus ada selama beberapa dekade mendatang, " kata Ty Tashiro.
Untuk benar-benar jatuh cinta, individu harus mengendalikan keinginan dan nafsu. Wanita seringkali memburu pria yang tampan, tinggi dan kaya. Tapi hanya satu persen yang mungkin memenuhi kriteria Anda.
Tashiro menegaskan, penampilan yang baik bukan indikator kepuasan seksual, juga tidak berkorelasi dengan pernikahan bahagia. Tidak ada hubungan antara daya tarik fisik dan kepuasan hubungan. Selain itu, uang tidak menjaga hubungan tetap harmonis.
"Ada saatnya kemakmuran terkait dengan tekanan dan isolasi sosial. Sangat penting untuk fokus menemukan pasangan yang bersedia mendampingi ketika semua kebutuhan terpenuhi, maupun saat mengalami kesulitan ekonomi," kata Tashiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar