Secara umum, pengalaman pertama naik pesawat ke luar kota dengan si kecil (usia 7 bulan) cukup menyenangkan. Ada nuansa yang terasa sangat beda dari pengalaman-pengalaman bepergian sebelumnya. Apalagi selama ini saya selalu sendiri ketika pergi ke luar kota. Karena biasanya bukan untuk tujuan wisata, melainkan untuk keperluan presentasi ilmiah. Jadi, pengalaman bepergian dengan bayi ini benar-benar pengalaman baru, beda dan menantang plus mengasyikan.
Sepanjang perjalanan terutama ketika dalam bandara, si kecil tak luput dari perhatian orang. Mulai dari mereka yang hanya tersenyum ketika melihatnya sampai mereka yang sengaja berhenti sejenak untuk melihat dan berinteraksi dengan si kecil dengan terus memuji kelucuan dan keimutannya. Si kecil pun acap kali unjuk gigi ketika orang lain menyapanya dengan mengeluarkan bunyi-bunyi andalannya seperti "baba", "mama" atau "mba", tentu saja sambil meneteskan liur (kebiasaan barunya dalam beberapa minggu terakhir). Karenanya, sering kali kita menjadi pusat perhatian orang dengan adanya si kecil bersama kita. Satu hal yang susah kita dapatkan kecuali kalau jadi selebritis atau tokoh ternama.
Namun, di samping semua perhatian tadi, si kecil tak lupa melakukan rutinitasnya. Apalagi kalau bukan menangis. Nah, hal inilah yang kadang membuat kita merasa sedikit tidak nyaman, khawatir tangisan bayi kita mengganggu orang sekitar. Apalagi kalau tangisannya tidak kunjung berhenti dengan nada yang semakin meninggi. Ini terjadi ketika pesawat hendak lepas landas. Mungkin karena suara bising dari mesin pesawat ditambah perubahan tekanan udara dalam kabin. Yang jelas, si kecil menjerit-jerit bak seorang anak kecil yang baru dicubit. Untungnya, beberapa saat setelah pesawat naik, tangisannya mereda dan si kecil jatuh tidur.
Dari semua pengalaman ini, ada beberapa hal yang ingin saya bagi agar perjalanan anda dengan sang bayi menjadi pengalaman yang menyenangkan. Paling tidak, anda sudah bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan.
1. Untuk perbekalan bayi, siapkan semuanya dengan matang. Karena perlengkapan bayi ini banyak ragamnya, jadi tidak bisa dianggap enteng. Bayangkan saja, kita mesti membawa pakaian (luar dan dalam), popok (sekali pakai), lap penyeka, perlengkapan mandi beserta obat, makanan bayi, susu formula, mainan, stroller, dan lain sebagainya. Buatlah daftar agar tidak ada yang terlewat. Kita pun bisa dengan mudah mengecek kembali perlengkapan dengan melihat daftar.
2. Bawa semua perlengkapan yang praktis, mudah dibawa dan tidak merepotkan. Sebagai contoh, popok. Sekalipun kita amat peduli lingkungan dan berusaha menghemat, membawa popok kain nampaknya bukan keputusan bijak. Terutama karena kita mesti membawa tas untuk menyimpan popok yang kotor. Bawalah popok sekali pakai. Walaupun harganya agak mahal, kepraktisannya dalam bepergian luar biasa besarnya. Contoh lain, susu formula. Susu dalam kaleng sebenarnya tidak begitu repot dibawa. Hanya saja kita mesti membawa air terpisah beserta takaran dan botol. Air untuk susu ini akan diperiksa secara khusus oleh petugas bandara untuk memastikan tidak ada unsur terlarang untuk dibawa ke pesawat. Oleh karenanya, bawalah susu bayi cair dalam kemasan. Selain praktis, susu jenis ini lolos dari pemeriksaan terpisah.
3. Jangan lupa membawa empeng. Empeng ini sangat diperlukan ketika pesawat lepas landas dan mendarat. Karena ada perubahan tekanan udara yang drastis dalam kabin yang tekanannya pasti terasa pada telinga si bayi, dengan mengemut empeng tekanan pada telinganya akan berkurang. Tapi, pada praktiknya, ini tidaklah gampang, karena tidak semua bayi menyukai empeng. Alternatifnya, siapkan susu botol. Namun, perlu dicatat, waktu pemberian susu botol ini harus pas dengan saat pesawat akan naik atau turun. Kalau tidak, susu bisa habis ketika pesawat belum naik/turun atau si bayi keburu mengantuk sehingga dia menjadi rewel. Rewelnya akan menjadi-jadi karena suara bising dari mesin pesawat dan perubahan tekanan udara dalam kabin.
4. Kalau tidak diperlukan, jangan bawa car seat. Karena selain menambah beban, ketika akan dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan bagasi, car seat harus dilepas dan stroller harus dikemas/dilipat. Saya melihat sebagian orang tua memilih memakai umbrella stroller, yang ukurannya lebih kecil dan biasanya dipakai untuk jalan-jalan. Waktu ke Boston, saya harus membawa car seat karena ada teman yang mau menjemput (Di sini bayi tidak bisa berada dalam mobil tanpa car seat).
5. Beberapa saat sebelum masuk ke dalam pesawat, beritahukan petugas yang ada di ruang tunggu bahwa kita membawa bayi. Dengan demikian, kita akan dipersilakan masuk paling awal, mendahului penumpang kelas bisnis. Biasanya, mereka mengumumkan agar penumpang yang membutuhkan bantuan semisal keluarga yang membawa bayi untuk masuk lebih awal. Sepertinya, hal tersebut ditujukan agar kita mempunyai waktu cukup untuk mengeluarkan bayi dari stroller, melipat stroller (dan car seat) baru kemudian masuk pesawat dan menyimpan tas. Inilah salah satu keuntungan membawa bayi. Kita mendapatkan pelayanan lebih dari penumpang kelas bisnis untuk urusan masuk pesawat.
6. Jangan lupa bawa mainan yang tidak mengeluarkan nada bising, karena berpotensi mengganggu kenyamanan penumpang lain. Bawa buku, boneka (yang tidak bersuara) dan sejenisnya. Berdasarkan pengalaman saya, bahkan majalah yang disediakan dalam pesawat pun bisa dijadikan mainan bayi. Selain banyak gambar (karena biasanya banyak iklannya), majalah ini gratis. Jadi si bayi bisa dengan leluasa menyobek-nyobeknya =).
Masih banyak hal lain yang yang saya dapatkan dari pengalaman 'terbang' bersama si kecil. Tapi, karena khawatir postingannya terlalu panjang, saya akan teruskan di postingan selanjutnya. Intinya, bepergian memakai pesawat bersama bayi memang merepotkan tapi kalau persiapannya matang semuanya bisa berubah menjadi pengalaman yang mengesankan.
sumber: blog mimyashop
Tidak ada komentar:
Posting Komentar