Selasa, 12 November 2013

Bagaimana Terapkan Edukasi Seks kepada Anak?

www.tiket2012.blogspot.com
Pendidikan seks anak harus dimulai sejak dini

Umumnya masyarakat sudah mengetahui pentingnya pendidikan seks sejak usia dini. Namun, kesadaran ini berbenturan dengan kebingungan bagaimana menerapkan pendidikan seks yang tepat. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang berlaku masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu.

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwijojo berpendapat, pendidikan seks tidaklah melulu sesuatu yang sulit.  Menurutnya, yang pertama harus dilakukan para orangtua adalah perubahan pola pikir.

Dengan menganggap seks bukan sesuatu yang tabu, orangtua diharapkan bisa lebih nyaman menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Selanjutnya orangtua bisa lebih kreatif menyampaikan hal yang berkaitan dengan seks, dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami.  

"Adalah wajar bila anak bertanya atau mencari tahu tentang seks, apalagi di masa pubertas. Namun, menjadi aneh jika anak tidak mendapat pengarahan yang benar sehingga terjadi seperti dalam video porno yang dilakukan siswa SMP," ujarnya.

Pengarahan yang benar, baik dari orangtua maupun sekolah, memungkinkan anak mendapat informasi yang benar terkait hubungan seksual. Pengarahan ini menjadi filter dari berbagai info tidak benar, baik yang banyak beredar di internet maupun teman sebaya.

Hal senada dikatakan pemerhati anak, Seto Mulyadi. Ia menjelaskan beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan tentang seksualitas. Berikut 4 poin di antaranya:

1. Harus dilakukan orang terdekat

"Dalam hal ini, orangtua menjadi tombak utama. Anak laki-laki diajari ayah, sedangkan anak perempuan mendapat informasi dari ibu," kata Seto.

Dalam prosesnya, orangtua harus komunikatif, rendah hati, dan mau mendengarkan. Orangtua dengan tiga kriteria tersebut akan membuat anak nyaman bertanya dan mendengarkan saran atau jawaban yang diberikan.

2. Disesuaikan dengan daya tangkap anak

"Setiap anak memiliki daya tangkap berbeda. Namun, bagaimanapun daya tangkap anak, pastikan dia memperoleh informasi yang maksimal," ujar Seto. Pendidikan seks untuk usia TK tentu berbeda dengan SD dan SMP.

Untuk usia TK, kata Seto, pastikan anak mengetahui perbedaan jenis kelamin antara dia dan teman yang lain. Selanjutnya anak juga harus mengetahui perbedaan organ kelamin yang dimiliki, antara laki-laki dan perempuan.

Pada tahap ini anak juga harus tahu bagaimana membersihkan dan merawat alat kelamin. Misalnya membersihkan kelamin seusai buang air kecil dan rutin mengganti pakaian dalam.

Beranjak usia sekolah dasar, pengetahuan anak tentang seks harus makin bertambah. Pada usia ini anak harus tahu, tidak boleh sembarang orang meraba atau memegang alat kelamin miliknya. Bila perlu, maka berikan pengetahuan ini pada usia TK sehingga anak terhindar dari tindak pencabulan dini yang makin kerap terjadi.

Di tahap pra-pubertas ini, anak juga harus mengetahui fungsi alat kelaminnya. Dengan pengetahuan ini diharapkan anak tidak sembarangan menggunakan alat kelamin tersebut. Tindakan ini akan menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan, misalnya kehamilan dini, saat anak memasuki masa pubertas.

3. Pemantauan terus-menerus

"Orangtua harus mengetahui kapan anaknya mengalami mimpi basah atau menstruasi pertama kali. Saat itu pastikan orangtua ada di sisi anak dan siap menghadapi berbagai pertanyaan yang diajukan," ujar Seto.

Saat anak mengalami menstruasi atau mimpi basah, orangtua harus menjadi sahabat yang baik. Dengan menjadi sahabat, orangtua lebih mudah mengingatkan kembali fungsi alat kelamin dan tidak menggunakannya sembarangan.

4. Segamblang mungkin

Seks sebaiknya dijelaskan segamblang mungkin kepada anak. Dengan penjelasan yang benar dan menyeluruh, anak tidak akan berimajinasi atau memiliki sudut pandang sendiri. Penjelasan yang tidak utuh justru akan memancing rasa penasaran anak.

Untuk memulai suatu penjelasan, Vera menyarankan orangtua memancing rasa ingin tahu anak. Selanjutnya penjelasan bisa dimulai dari titik yang dipahami anak.

"Ingat, anak sekarang memiliki akses informasi yang lebih luas. Sering terjadi, apa yang kita kira mereka tidak tahu, ternyata mereka mengetahuinya dengan lebih jelas termasuk untuk seks. Bila anak sudah mengetahui sampai tahap sperma dan ovum, maka jangan ragu menjelaskan, tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti," kata Vera.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar