Jumat, 20 Desember 2013

Gawat Nih .... Industri Penerbangan Bisa Gulung Tikar Akibat Rupiah Melemah

Rupiah kini menyentuh level di atas Rp12.000 per dolar AS.

Pesawat komersial bersiap mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado.
Pesawat komersial bersiap mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado. (Antara/ Fiqman Sunandar)
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang kini menyentuh level di atas Rp 12.000 menjadi pukulan tersendiri bagi maskapai penerbangan nasional.

Bahkan, jika nilai rupiah ini bertahan hingga lima bulan ke depan di level tersebut, sebagian maskapai penerbangan Indonesia akan gulung tikar.

Agung Dewanta, Vice President Sales and Distribution PT Citilink Indonesia, Kamis 19 Desember 2013, mengatakan bahwa saat ini perusahaan penerbangan dalam operasinya itu 80 persen menggunakan mata uang dolar, sedangkan memperoleh pendapatannya dengan nilai mata uang rupiah.

"Dari dolar Rp9.000 hingga saat ini melonjak hingga di atas Rp12.000, keuntungan perusahaan sudah terkuras hingga 30 persennya. Jika ini terus berlangsung lama, tinggal menunggu waktu maskapai penerbangan di Indonesia akan gulung tikar," katanya di sela-sela acara Gathering Citilink dengan Media dan Travel Agent di Yogyakarta.

Menurut dia, perusahaan penerbangan yang akan gulung tikar dengan melemahnya nilai rupiah ini adalah perusahaan yang dimiliki swasta tanpa konsorsium.

"Anda bisa tahu, mana saja perusahaan maskapai penerbangan yang dimiliki oleh swasta tanpa konsorsium. Maskapai penerbangan itu yang nantinya akan gulung tikar," tuturnya.

"Kalau Anda sering menggunakan pesawat dan pesawatnya tidak pernah 'dicuci' itu tanda-tanda akan kolaps," tambahnya.

Lebih lanjut, Agung mengatakan bagi maskapai penerbangan yang memiliki izin terbang pada daerah yang gemuk, sehingga tingkat hunian kursi bisa mencapai di atas 90 persen akan lebih aman posisinya, meski maskapai tersebut tidak didukung konsorsium.

Namun, dalam kenyataannya, kata dia, jalur-jalur yang gemuk tersebut sudah tidak mungkin lagi ada tambahan slot penerbangan.

"Penerbangan dari Jakarta ke berbagai tujuan di Indonesia atau regional saat ini sangat penuh dan tak mungkin menambah slot lagi meski memiliki banyak unit pesawat. Sedangkan penerbangan antarprovinsi di luar Jakarta, penumpangnya tak sebanyak penumpang pesat dari Jakarta dan tujuan Jakarta," ujarnya.

Sebenarnya, ada yang bisa ditempuh pemerintah agar maskapai dapat bertahan terhadap gejolak nilai rupiah yaitu dengan membuka kembali harga tiket batas atas dan membatasi tiket batas bawah. Selama ini dalam penerbangan, pemerintah hanya membatasi harga tiket batas atas.

"Jika pemerintah membuka harga tiket batas atas memang akan terkendala daya beli masyarakat. Namun, jika masih tidak memberlakukan tarif batas bawah yang ada persaingan antarmaskapai akan tidak sehat," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar