Sabtu, 23 April 2011

Dilarang Main Sepakbola Karena Jenggot Lebat


Dilarang Main Sepakbola Karena Jenggot Lebat
AFP/JUAN MABROMATA
Seorang suporter muda memakai topeng Eric Cantona, bintang Perancis yang kini berjenggot lebat. Sementara ayahnya menjaga dengan jenggot lebat pula. Keduanya dipotret saat akan menyaksikan partai Paraguay lawan Jepang pada Piala Dunia 2010 di Stadion Loftus, Afrika Selatan.

TRIBUNNEWS.COM - Stigma yang melekat pada seseorang yang berjenggot lebat tampaknya sudah bergeser pada identifikasi perilaku teror dan terorisme. Tak hanya di sebagian masyarakat Indonesia, di Tajikistan pun polisi fobia pada jenggot.

Padahal, seseorang bisa lebih menarik jika sebagian wajahnya ditumbuhi rambut bak belukar yang rapi itu. Tengok, misalnya, mantan bintang sepak bola Argentina, Diego "Hulk" Maradona. Atau, lihat penampilan Eric Cantona di iklan sebuah produk deodoran. Jenggot dan cambang memenuhi sisi pipi kanannya, meluncur hingga ke bawah dagu.

Lantas, mengapa polisi di Tajikistan "takut" dengan jenggot? Mari bertanya kepada pelatih tim sepak bola Khayr Vakhdat, Tokhir Muminov. Khayr adalah klub sepak bola ternama dengan jam terbang tinggi yang bermarkas di Vakhdat, satu distrik di Tajikistan.

"Polisi melarang saya untuk menurunkan seorang pemain. Alasannya, ia memiliki jenggot yang lebat," kata Muminov, Selasa (19/4/2011), seperti dikutip kantor berita AP.

Menurut Muminov, polisi tidak menyatakan alasan pelarangan jenggot ini dengan tegas. Namun, pihak yang berwenang di negara bekas koloni Uni Soviet ini memang membikin aturan ketat mengenai penggunaan simbol atau tanda yang menyiratkan ekstremisme agama tertentu.

Polisi tidak pandang bulu soal siapa orang yang berjenggot ini. Seperti yang terjadi selama ini, polisi kadang-kadang menangkapi pria-pria muda berjenggot.

Pada Januari 2011, misalnya, polisi menahan 30-an orang berjenggot di satu daerah di ibu kota negara, Dushanbe. Kementerian Dalam Negeri Tajikistan kemudian mengeluarkan pernyataan, polisi sedang berusaha mengidentifikasi mereka, mencocokkan profil mereka dengan dokumen polisi. Data teroris? Tiada keterangan jelas.

Peristiwa Januari itu mungkin dimaklumi. Namun, melarang pemain sepak bola berjenggot dirasa aneh. Pasalnya, pemain itu sudah dikenal masyarakat di negaranya.

Pemain sepak bola itu bernama Parviz Tursunov. Jika dipandang sekilas, jenggot di samping pipi dan bawah janggutnya itu sebetulnya tidak terlalu lebat. Namun, kepala plontosnya membuat jenggot itu tampak lebih panjang dari sebenarnya.

Kendati Tursunov telah dikenal sebagai pemain sepak bola, polisi berkeras melarang jenggot itu. Tursunov harus memutuskan satu di antara dua pilihan yang sangat tidak lazim: jenggotnya atau kariernya di sepak bola. Artinya, jika ingin terus bermain sepak bola dan menyokong klubnya, Tursunov harus mencukur jenggot kesayangannya.

Menurut Muminov, Tursunov dilarang bertanding di dua laga pembuka musim ini. "Absennya Parviz bisa berpengaruh negatif pada penampilan tim. Justru rambut di wajahnya itu tidak memengaruhi penampilannya," katanya kepada media Tajikistan.

Untunglah Khayr menang pada kedua laga pembuka. Pada laga kedua tanpa Tursunov, Khayr unggul 3-0 atas Parvoz Bobojon Ghafurov, Minggu (17/4/2011).

Apa reaksi Tursunov? Ia akan tetap berjenggot dan keluar dari jagat sepak bola. "Sepak bola itu sekuler. Kita harus memikirkan sesuatu yang baka," kata Tursunov, seorang Muslim yang saleh ini.

Saat dimintai keterangan, Kementerian Dalam Negeri membantah soal pelarangan jenggot bagi pemain sepak bola. Siapa pun petugas yang mengintimidasi warga negara akan dihukum. Demikian dikutip AP.

Undang-undang di Tajikistan sesungguhnya tidak melarang jenggot. Namun, secara tidak resmi, lelaki di bawah usia 50 tahun, terutama pelajar dan pekerja publik, sebaiknya tidak memelihara jenggot.

Jika seseorang memilih ideologi "tubuhku adalah hakku", jangan salahkan Tursunov untuk tetap berjenggot. Apa salah jenggot?

(kompas cetak/kompas.com)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar