HISAB
oleh : Izzudin Karimi
Yang dimaksud dengan hisab adalah berdirinya manusia di hadapan Allah, Dia menunjukkan kepada mereka perbuatan-perbuatan yang dulu mereka kerjakan, perkataan-perkataan yang dulu mereka ucapkan dan kebaikan atau keburukan yang dulu mereka simpan di dalam hati. Hisab mencakup apa yang Allah katakan kepada mereka, apa yang mereka katakan kepada Allah serta hujjah-hujjah yang Allah tegakkan atas mereka.
Tentang pemandangan hisab ini Allah menjelaskan, "Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan." (Az-Zumar: 69).
Besarnya pemandangan hisab terlihat dari siapa yang menghisab, dia adalah Allah, tidak ada sesuatu pun yang samar bagiNya, dan bisa jadi cahaya terang yang menyinari bumi Mahsyar itu terjadi pada saat hadirnya Allah untuk menetapkan keputusanNya.
Allah Ta'ala berfirman, "Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada Hari Kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya." (Al-Baqarah: 210).
Ini adalah kedatangan Rabb Tabaraka wa Ta'ala lifasl al-qadha`(menetapkan keputusan) pada Yaumul Hisab, Dia lebih mengetahui begaimananya, kita beriman, dan meyakini bahwa ia haq tanpa menakwilkannya dan membelokkannya.
Para rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah bebankan atas mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu kepada umat mereka, para rasul tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada hari itu berdiri tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka lakukan dulu, para saksi tersebut adalah para malaikat yang mencatat amal-amal perbuatan manusia.
Manusia yang hendak menghadapi hisab dihadirkan, mereka berdiri berbaris untuk menghadap Rabb Azza wa Jalla, "Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris." (Al-Kahfi: 48). Para pendosa dihadirkan, orang-orang yang mendustakan para rasul, membangkang kepada Tuhan mereka dan berbuat kerusakan di muka bumi, dalam keadaan terikat dengan rantai dengan pakaian dari qathiran(pelangkin) "Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka." (Ibrahim: 49-50).
Besarnya ketakutan pada Yaumul Hisab, sampai-sampai manusia berlutut pada saat mereka dihadirkan, "Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Jatsiyah: 28).
Apakah hisab berlaku untuk orang-orang kafir?
Ini termasuk masalah yang diperselisihkan oleh para ulama, Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' al-Fatawa (4/305) berkata, "Masalah ini diperselisihkan oleh kawan-kawan Ahmad mutaakhkhirin dan selain mereka, …"
Pendapat yang rajih adalah bahwa mereka dihisab dengan dasar beberapa dalil, di antaranya, firman Allah, "Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, 'Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?" (Al-Qashash: 62) Dan firman Allah, "Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, 'Apakah jawabanmu kepada para rasul?" (Al-Qashash: 65).
Untuk apa orang-orang kafir dihisab? Bukankah amal mereka ditolak dan tidak berarti? Jawabannya,
Pertama, Menegakkan hujjah atas mereka dan menunjukkan keadilan Allah pada mereka. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab, para rasul itu telah menyampaikan dan kitab-kitab itu dibaca oleh manusia, maka tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk berkata, "Tidak ada seorang rasul yang datang kepada kami." Pada Yaumul Hisab, Allah menetapkan hal ini atas mereka dan mereka akan mengakuinya, pada saat itu keadilan Allah terlihat dengan sangat jelas.
Al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah (225) berkata, "Al-Bari swt bertanya kepada makhluk di dunia dan akhirat untuk menetapkan penegakan hujjah dan terlihatnya hikmah."
Kedua, Orang-orang kafir dibebani ushul (pokok) syariat sebagaimana mereka dibebani furu'(cabang)nya, jika mereka menyimpang dan melalaikan dalam perkara ini maka mereka akan dihisab atasnya. Al-Qurthubi berkata, "Di dalam al-Qur`an terdapat petunjuk bahwa orang-orang kafir dibebani furu' syariat, ditanya atasnya, dihisab karenanya dan dibalas jika melalaikannya, karena Allah berfirman, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan Hari Pembalasan."(Al-Muddatstsir: 42-46), dengan ini jelaslah bahwa orang-orang musyrik dibebani dengan iman kepada Hari Pembalasan, shalat, zakat dan bahwa mereka ditanya atasnya dan dibalas."
Ketiga, Orang-orang kafir berbeda-beda dalam kekufuran, dosa dan kemaksiatan, mereka duduk di neraka sesuai dengan dosa-dosa ini, neraka sendiri bertingkat-tingkat, sebagaimana surga juga demikian, semakin kufur seseorang semakin berat azabnya, dan sebagian dari orang-orang kafir berada di tingkat neraka terbawah, termasuk orang-orang munafik, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka." (An-Nisa`: 145).
Imam Ibnu Taimiyah berkata, "Azab orang yang banyak keburukannya lebih berat daripada orang yang sedikit keburukannya, siapa yang mempunyai kebaikan maka azab diringankan darinya, sebagaimana Abu Thalib lebih ringan azabnya daripada Abu Lahab… Hisab diberlakukan (atas mereka) untuk menetapkan derajat azab bukan untuk masuk surga." (Majmu' al-Fatawa 4/305).
Jika orang-orang kafir itu dihisab dan ditanya lalu bagaimana dengan ayat-ayat yang menetapkan sebaliknya, seperti firman Allah, "Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka." (Al-Qashash: 78)?
Jawab, ada beberapa penafsiran dari para ulama untuk menyelaraskannya, ada yang berkata, orang-orang kafir tidak ditanya dengan mudah, akan tetapi mereka ditanya secara sulit, mengapa kalian melakukan ini dan ini? Ada yang berkata, orang-orang kafir tidak ditanya untuk mengorek keterangan karena Allah sudah mengetahui, akan tetapi mereka ditanya untuk menetapkan kekufuran mereka. Ada yang berkata, orang-orang kafir ditanya di sebagian kesempatan dan tidak dalam kesempatan yang lain. Al-Qurthubi berkata, "Kiamat terdiri dari dari beberapa tempat, ada tempat di mana di sana ada pertanyaan dan ada tempat di mana di sana tidak ada pertanyaan." (Tadzkirah al-Qurthubi hal. 286).
Kaidah-kaidah di mana para hamba dihisab di atasnya
Seandainya Allah mengazab seluruh makhlukNya niscaya Dia tidak berbuat zhalim, karena mereka adalah maklukNya dan pencipta makhluk berhak bertindak terhadap makhluknya sesuai dengan kehendakNya. Akan tetapi Allah tidak melakukan itu, Dia tetap menghisab hamba-hambaNya dengan adil, keadilan yang tidak pernah disaksikan oleh seluruh manusia.
Allah telah menjelaskan di dalam banyak ayat dari kitabNya tentang dasar-dasar hisanNya atas para hamba, di antaranya:
1- Keadilan sempurna yang tidak tercemari oleh kezhaliman
Pada Hari Kiamat Allah Ta'ala memberikan balasan amal perbuatan manusia secara sempurna, tanpa ada pengurangan dan penyunatan, tidak ada jiwa yang dizhalimi walaupun seberat semut hitam.
Firman Allah, "Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)." (Al-Baqarah: 281).
Firman Allah melalui wasiat Luqman kepada anaknya, "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui." (Luqman: 16).
Dan masih banyak ayat al-Qur`an yang menetapkan bahwa Allah tidak menzhalimi manusia, masing-masing diberi balasan sesuai dengan perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun.
2- Seseorang tidak memikul dosa orang lain
Allah membalas perbuatan manusia, yang baik mendapatkan balasan baik, yang selain itu mendapatkan balasan sesuai dengannya, Allah tidak memikulkan dosa seseorang kepada orang lain.
Firman Allah, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakanNya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (Al-An'am: 164).
Inilah keadilan tertinggi, orang yang mendapatkan petunjuk memetik buah petunjuk dan orang yang tersesat memanen buah kesesatannya, "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (Al-Isra`: 15).
Kaidah besar ini termasuk perkara yang disepakati oleh risalah samawi, Allah berfirman, "Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (An-Najm: 36-41).
3- Allah Ta'ala membeber amal perbuatan di depan pelakunya
Di antara keadilan Allah adalah bahwa Dia membeber amal perbuatan manusia yang baik dan yang buruk, sehingga mereka bisa menjadi pengadil bagi diri mereka sendiri, setelah itu tidak ada alasan bagi siapa pun.
Pembeberan ini dengan diberikannya buku catatan amal manusia dan mereka membacanya, seperti kita ketahi bahwa Allah menugaskan dua malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia, jika yang bersangkutan mati maka buku tersebut ditutup, dan pada Hari Kiamat buku tersebut diberikan kepada pemiliknya.
Firman Allah, "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya, dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka." (Al-Isra`: 13).
Buku catatan ini mencatat segalanya, besar maupun kecil, tidak membiarkan apa pun kecuali ia merekamnya, "Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis), dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun." (Al-Kahfi: 49).
4- Dilipatgandakannya balasan kebaikan bukan keburukan
Rahmat Allah mendahului murkaNya dan salah satu bentuk rahmatnya adalah bahwa Dia melipatgandakan pahala kebaikan, minimal sepuluh kali lipat, bukan balasan keburukan.
Firman Allah, "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)."(Al-An'am: 160).
Al-Hakim dan Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar berkata, yang benar dan dibenarkan menyampaikan kepadaku dalam apa yang dia riwayatkan dari Rabbnya Tabaraka wa Ta'ala, "Kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya atau Aku menambah, keburukan dibalas satu atau Aku mengampuninya." (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, no. 128).
Balasan kebaikan bisa dilipatgandakan lebih dari itu sampai tujuh ratus, sampai jumlah yang hanya diketahui oleh Allah, sebagaimana janjiNya dalam infak di jalanNya, Dia berfirman, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 261).
Di antara bentuk rahmat Allah adalah bahwa barangsiapa berkeinginan melakukan kebaikan dan dia tidak melakukannya maka ditulis untuknya kebaikan sempurna, sebaliknya barangsiapa berkeinginan melakukan keburukan lalu tidak melakukannya, maka ditulis untuknya kebaikan sempurna, dan jika dia melakukannya maka ditulis satu keburukan.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw seperti yang dia riwayatkan dari Rabbnya berfirman, "Sesungguhnya Allah menulis kebaikan dan keburukan, kemudian Dia menjelaskan hal itu, barangsiapa menginginkan kebaikan lalu tidak melakukannya maka Allah menulis untuknya satu kebaikan sempurna di sisiNya, jika dia menginginkannya lalu melakukannya maka Allah menulisnya di sisiNya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipatnya sampai kelipatan yang banyak, barangsiapa menginginkan keburukan lalu dia tidak melakukannya maka Allah menulis di sisiNya kebaikan sempurna, jika dia menginginkannya lalu melakukannya maka Allah menulis atasnya satu keburukan."
Di antara bentuk rahmat Allah adalah bahwa Dia mengganti keburukan dengan kebaikan, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui penduduk surga yang paling akhir masuk surga dan penghuni neraka yang paling akhir keluar darinya, seorang laki-laki dihadirkan pada Hari Kiamat, maka dikatakan, 'Sodorkan dosa-dosa kecilnya kepadanya', maka dikatakan, 'Pada hari ini kamu melakukan ini dan ini, kamu melakukan ini dan ini'. Dia menjawab, 'Ya' dia tidak bisa mungkir, dia takut kalau dosa-dosa besarnya disodorkan kepadanya, maka dikatakan kepadanya,'Untukmu kebaikan menggantikan keburukan."
5- Ditegakkannya para saksi atas orang-orang kafir
Saksi terbesar atas manusia pada hari itu adalah Allah yang tidak samar bagiNya sesuatu pun yang ada di langit dan di bumi, firman Allah, "Dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya." (Yunus: 61).
Saksi pertama atas setiap umat adalah rasulNya, setiap rasul bersaksi atas umatnya bahwa dia telah menyampaikan dan jika umatnya mendustakan maka para rasul bersaksi atas mereka bahwa mereka mendustakan.
Firman Allah, "Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (An-Nisa: 41).
Firman Allah, "(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul lalu Allah bertanya (kepada mereka), 'Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?' Para rasul menjawab, 'Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib." (Al-Maidah 109).
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri berkata Rasulullah saw bersabda, "Pada Hari Kiamat Nuh dihadirkan, dia menjawab, 'Aku penuhi panggilanMu ya Rabbi dan demi kabahagiaanMu'. Allah bertanya, 'Apakah kamu telah menyampaikan?' Nuh menjawab, 'Ya.' Maka umatnya ditanya, 'Apakah dia telah menyampaikan?' Mereka menjawab, 'Kami tidak didatangi seorang pemberi peringatan.' Allah bertanya kepada Nuh, 'Siapa saksimu?' Dia menjawab, 'Muhammad dan umatnya.' Maka mereka bersaksi bahwa dia telah menyampaikan, dan rasul sebagai saksi atas kalian, itulah firman Allah, 'Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."(Al-Baqarah: 143).
Di antara saksi atas manusia adalah bumi, malam dan siang, ia bersaksi dengan apa yang dilakukan di atasnya dan padanya, Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw membaca firman Allah, "Pada hari itu bumi menceritakan berita-beritanya."(Al-Zalzalah: 4), beliau bertanya, "Apakah kalian tahu apa itu berita-beritanya?" Mereka menjawab, "Allah dan rasulNya lebih tahu." Nabi saw bersabda, "Ia bersaksi atas setiap hamba laki-laki dan wanita dengan apa yang dilakukan di atasnya, ia berkata, 'Pada hari ini dia melakukan ini dan ini.' Inilah beritanya." At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih gharib."
Dari al-Qiyamah al-Kubro, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar.
Mau booking tiket pesawat sekaligus menjadi agen penjualan tiket pesawat secara online, murah, mudah, dan cepat? KLIK DISINI untuk mendapatkan informasi selengkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar