
Meski   belum resmi diumumkan, namun dari berbagai hasil quick count   menunjukkan jika pasangan Jokowi-Ahok merajai perolehan suara Pemilukada   DKI Jakarta yang baru saja dilakukan tanggal 11 Juli 2012 lalu. 
Ada   banyak faktor yang menyebabkan kesuksesan keduanya merebut suara dari   masyarakat, salah satu yang mungkin akan selalu diingat adalah baju   kotak-kotak yang menjadi ciri khas keduanya. Lalu bagaimanakah   sebenarnya baju itu bertransformasi menjadi simbol yang sangat populer?
Seperti   yang kita telah ketahui,  konsep kemeja kotak-kotak sangat identik   dengan pasangan Jokowi dan Ahok saat Pemilukada DKI tahun ini. Keduanya   pertama kali memperkenalkan konsep tersebut saat pendaftaran   cagub/cawagub ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). 
Ide   menggunakan konsep itu sendiri muncul tanpa ada dorongan perencanaan   tertentu. Mereka mengenakan kemeja kotak-kotak merah hanya agar bisa   lebih ''terlihat'' dibandingkan pasangan lainnya. Hal itu diakui sendiri   oleh Ahok. "Tujuan pertama saat datang ke KPUD itu mengenakan pakaian   yang ngejreng. Pasti orang-orang datang pakai jas atau baju putihlah,"   katanya seperti yang dilansir Tempo.
Alasan kedua pemilihan   kotak-kotak merah ternyata lebih berbau filosofis. Warna merah   menyatakan kesiapan keduanya untuk berkompetisi dalam pemilihan Gubernur   DKI Jakarta. "Alasan kedua, ya kami siap untuk berlomba dalam pemilihan   gubernur," lanjutnya. 
Yang menarik, selain memang adanya   struktur perencanaan marketing dan manejemen promosi yang baik ke   berbagai media. Ketenaran konsep ini, diakui atau tidak, benar-benar   diluar dugaan. Setidaknya kini muncul stigma baru di kalangan masyarakat   yang mengatakan bahwa pakaian kotak-kotak 'mengkotakkan' diri mereka   sebagai penggemar Jokowi. Lebih jauh lagi, trend kemeja kotak-kotak   sudah menjadi identitas fashion baru.  

Jokowi saat mempromosikan kemeja kotak-kotak.
Makanya tidak heran jika Ahok pun   sempat mengakui kaget karena pencitraan Jokowi-Ahok yang terbangun   melalui kemeja kotak-kotak berhasil. Padahal, menurut Ahok, kemeja   kotak-kotak memang sudah ngetren jauh sebelum Jokowi menggunakan kemeja   kotak-kotak. 
Terlepas dari peran tim sukses yang berhasil   mempopulerkan konsep kotak-kotak itu melalui berbagai media. Ada   beberapa yang mengatakan baju tersebut bukan sembarang baju. Setidaknya   menurut paranormal kondang Ki Joko Bodo, baju tersebut menyimpan aura   khusus untuk menarik empati dan simpati dari warga Jakarta. Dengan kata   lain, baju tersebut merupakan baju 'pengasihan' yang dibumbui oleh   mantra-mantra khusus. 
Walau demikian, entah memang benar atau   tidak, setidaknya kotak-kotak ini memberikan dinamika yang baru dalam   ranah perpolitikan ke arah yang lebih dinamis. Di mana rakyat memang   butuh tokoh yang bisa menyentuh sisi ideologis.

Seorang penjaja kemeja kotak-kotak mengaku dagangannya laris manis.  
Ya, pada awalnya, merayu rakyat   memang cukup hanya sekadar membagi sembako, menyebar amplop, atau   menggelar pengobatan gratis. Tetapi cara-cara seperti ini mulai tak   menghibur lagi. Pemberian praktis, ternyata tidak sekuat pemberian   ideologis. 
Mengutip dari situs rimanews, ada sebuah anggapan   yang cukup bijak yang bisa dijadikan pijakan, bahwa kelaparan perut   memang sejenak bisa dihibur dengan pemberian praktis. Tetapi kelaparan   nilai adalah lapar yang sesungguhnya. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar