Rabu, 25 Juli 2012

Uniknya Desa Huanglo, Seluruh Perempuannya Wajib Berambut Sangat Panjang

Rambut merupakan mahkota yang akan selalu dijaga keindahannya oleh kaum wanita. Tapi bagi suku Yao, rambut memiliki simbol yang melebihi hal itu. Bagi mereka rambut menjadi simbol paling berharga yang menggambarkan kehormatan dan kesejahteraan. Makanya tidak heran jika Anda menemukan seluruh wanita di suku ini memiliki rambut yang super panjang.

Suku Yao mendiami desa Huangluo yang terletak di wilayah Longji Guilin. Setidaknya ada 82 kepala keluarga yang tinggal di desa tersebut. Kebanyakan dari mereka masih memegang nilai tradisi leluhur dan hidup penuh dengan kesederhanaan.

Hampir sama dengan desa tradisional alami lainnya, pemandangan alam, lingkungan yang asri serta kebudayaan yang terbilang kuno menjadi atraksi tersendiri bagi para wisatawan yang datang baik dari luar daerah ataupun mancanegara. Namun hal yang paling mengundang minat mereka adalah tradisi kaum wanitanya yang terobsesi memanjangkan rambut hingga menyentuh tanah.

Reputasi itu membuat desa ini dijuluki 'desa rambut panjang'. Bahkan mereka mendapat pengakuan resmi dari museum rekor dunia Guiness World Record sebagai 'Desa Dengan Rambut Terpanjang'.

Sebagai catatan, rata-rata panjang rambut para wanita yang ada di sana adalah 1,7 meter. Sementara yang terpanjang bisa mencapai 2.1 meter.



Ritual mencuci rambut dilakukan setiap musim panas dan musim semi.


Bagi kaum wanita suku Yao, rambut memiliki peranan penting dalam hidup mereka. Rambut merupakan simbol kesejahteraan dan keberuntungan. Semakin panjang rambut yang dimiliki, maka semakin besar pula kesejahteraan yang menghampiri.

Para wanita di Huangluo hanya diperbolehkan memangkas rambut sehari seumur hidup, pada usia 16 tahun. Saat itu pula mereka dianggap pantas untuk mencari pasangan hidup.


   
Tradisi yang telah berlangsung selama berabad silam.


Dahulu, atau lebih tepatnya sebelum tahun 1987, tradisi di Huangluo tidak memperbolehkan orang lain melihat rambut mereka tergerai selain suami dan anak-anak. Dengan kata lain, setiap warga perempuan diwajibkan menggulung rambut dan memakai penutup kepala.

Dan jika ada orang lain yang secara tidak sengaja melihat rambut mereka, maka orang itu harus diangkat menjadi menantu dan tinggal selama tiga tahun. Namun peraturan ini dihapus dan akhirnya mereka pun bebas memperlihatkan rambut mereka kapan saja.


    
Beginilah cara suku Yao menata rambut mereka.


Meski seluruh warga perempuan di Huangluo memiliki gaya rambut yang sama, tapi ada beberapa hal detil yang menggambarkan lebih dalam lagi mengenai status mereka. Jika rambut hanya digulung secara sederhana, maka itu mengartikan mereka telah menikah namun belum memiliki anak. Jika rambut digulung dengan sedikit konde di bagian depan, maka itu berarti dia telah memiliki anak dan jika ia memakai penutup rambut, maka ia sedang mencari jodoh.



Rambut dipakai sebagai simbol untuk menunjukkan status seseorang.



Sekali seumur hidup, rambut hanya dipotong saat sang wanita telah siap menikah.


Biasanya setiap musim panas dan musim semi, mereka akan melakukan ritual mencuci rambut di sungai. Untuk ritual yang satu ini, mereka punya resep khusus, yakni memakai 'shampoo' dari air bekas mencuci beras yang kemudian dibilas dengan air sungai.



Keunikan tradisi rambutnya menarik minat banyak wisatawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar