Dunia   perfilm-an Indonesia kembali melirik tema sepakbola. Namun berbeda dari   sebelumnya yang mengusung tema umum, kini tema yang diambil lebih   spesifik, yakni mengenai pesepakbola legendaris asli dalam negeri   bernama Ramang. 
Rencana tersebut diprakarsai oleh seorang   produser bernama Lina Husaini asal Makassar saat bertemu dengan penulis   buku 'Ramang Macan Bola', M. Dahlan Abubakar di  di Kantor KONI Sulawesi   Selatan, di Makassar, Rabu (11/07/2012). Lalu siapakah sebenarnya sosok   Ramang ini sehingga benar-benar dianggap spesial?
Mendengar nama   Ramang, mungkin sebagian dari Anda yang hidup di masa kini akan   bertanya-tanya, siapakah sosok yang satu ini. Namun jika Anda bertanya   kepada komunitas penggemar sepakbola, nama Ramang tentu dianggap   legenda.
Bernama asli Andi Ramang, pria kelahiran Makassar 24   April 1928 ini sangat lekat di hati para pencinta sepakbola di Sulawesi,   khususnya Sulawesi Selatan. Menurut catatan Wiki, ia dikenal dikenal   sebagai salah satu anggota trio maut PSM Makassar. Bersama Suwardi dan   Noorsalam menjadi jangkar yang kokoh bagi tim berjulukan Juku Eja ini.
Ramang   memang sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola   anyaman rotan dalam permainan sepak raga sejak berusia 10 tahun.   Ayahnya, Nyo'lo, ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang, sudah   lama dikenal sebagai jagoan sepakraga.
Ia mulai memperkuat PSM   Makassar pada tahun 1947, waktu itu masih bernama Makassar Voetbal Bond   (MVB). Bersama dengan Suwardi dan Noorsalam, Ramang menjadi trio paling   menakutkan di Indonesia. Ia dikenal memiliki kecepatan lari dan   tendangan yang keras. 
Karir Ramang makin mencolok tatkala   dirinya bergabung ke timnas sepakbola Indonesia. Pada tahun 1952 ia   menggantikan Sunardi, kakak Suardi Arlan mengikuti latihan di Jakarta.   Ini menyeretnya menjadi pemain utama PSSI. Didampingi Suardi Arlan di   kanan dan Nursalam di kiri, ia bagai kuda kepang di tengah gelanggang.   Permainannya sebagai penyerang tengah sangat mengagumkan. Maka setahun   kemudian ia keliling di beberapa negeri asing. Namanya meroket menjadi   pemain favorit penonton dan disegani pemain lawan.

Penyerang internasional paling disegani asal Indonesia, tahun 1950-an. 
Pada lawatannya tahun 1954 ke   berbagai negeri Asia (Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia) PSSI   hampir menyapu seluruh kesebelasan yang dijumpai dengan gol menyolok.   Dari 25 gol (dan PSSI hanya kemasukan 6 gol) 19 di antaranya lahir dari   kaki Ramang.
Berkat prestasi Ramang, Indonesia masuk dalam   hitungan kekuatan bola di Asia. Satu demi satu kesebelasan Eropa mencoba   kekuatan PSSI. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara (salah   satu kiper terbaik dunia waktu itu), klub Stade de Reims dengan si kaki   emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Jashin,   klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan   Roger Vollentein. 

Kisahnya telah diabadikan ke dalam buku.
"Tapi itu bukan prestasi saya saja,   melainkan kerjasama dengan kawan-kawan," ujar Ramang merendah, sembari   menyebut nama temannya satu per satu, mulai dari Maulwi Saelan, Rasjid,   Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Thio Him   Tjiang, Danu, Phoa Sian Liong dan Djamiat.
Mendengar kehebatan   Ramang di lapangan sepak bola, tak heran jika pada tahun 50-an, banyak   bayi lelaki yang lahir kemudian diberi nama Ramang oleh orangtuanya.   Ramang wafat pada 26 September 1987
Dan kini Dahlan Abubakar   menjadi orang yang beruntung karena diizinkan menuliskan kisah hidup dan   perjuangan pria yang dijuluki Macan Bola ini. Terlebih lagi dengan   diluncurkannya ide pembuatan film ini. 
"Nama Ramang tidak pernah   mati. Buktinya, biar sosoknya sudah meninggal dunia, tetapi Ramang   selalu disebut `sudah tua' (toa mi Ramang)," kata Lina sembari tertawa   yang dikutip Dahlan Abubakar tanpa menyebut kapan waktu dimulainya   pengambilan gambar film tersebut, seperti yang dikutip dari Antara. 
(as/wikipedia/opnsrc)
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar