Rabu, 20 April 2011

Kartini Ini Mengangkut Pasir untuk Sesuap Nasi

 
Penambang wanita (Foto: flicker)
Penambang wanita (Foto: flicker)

PASURUAN- Bekerja di alam terbuka, cuaca panas, risiko longsor, dan dibayar dengan gaji kecil, pasti tidak ada manusia yang ingin menjalani kehidupan seperti ini.

Terlebih bagi kaum wanita, mereka lebih memilih untuk meninggalkan pekerjaan tersebut. Namun tidak bagi dua wanita di Pasuruan, Jawa Timur. Adik kakak ini tetap melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan kaum laki-laki.

Selama 25 tahun sudah Solihana (45) dan Nasiha (42) menambang pasir tradisonal di bukit. Tambang itu berada di lingkungan Klobuk Kulon, Desa Cobanjoyo, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, dan harus ditempuh jarak 1 kilometer dari rumah mereka.

Kedua saudara kandung ini bekerja hingga sore hari. Dengan menggunakan alat sederhana seperti cangkul, linggis, martil dan skop, mereka mulai mengumpulkan pasir.

Ini mereka lakukan demi menghidupi anaknya yang masih membutuhkan biaya sekolah dan mondok di salah satu ponpes di Pasuruan. Maklum saja, mereka berdua ini sudah ditinggal suaminya meninggal dunia setelah menderita sakit jantung dan kecelakaan.

Solihana mempunyai satu anak, sementara adiknya Nasiha dikaruniai 3 anak. Dua janda ini semangat untuk mengkais rejeki, setiap pukul 06.00 pagi mereka berangkat ke lokasi penambangan pasir dengan berjalan kaki, dan pulang pukul 05.00 sore.

Tak kenal lelah dan cucuran keringat terus membahasi tubuhnya akibat sengatan panas terik matahari. Pemandangan ini sudah menjadi kebiasaan hidupnya para janda ini. Mereka kerap beristirahat ke rumahnya hanya untuk menjalankan salat zuhur sambil makan seadanya.

Sebenarnya pekerjaan yang dijalani ini mempunyai risiko tinggi seperti longsor, karena pasir berasal dari bongkahan besar yang terus dikeruk warga. Apalagi di saat musim hujan, bongkahan tanah ini rawan runtuh ke bawah.

Namun demi sang anak dan sesuap nasi mereka menghilangkan keraguannya. Kedua wanita ini baru akan mendapat uang jika satu mobil colt yang digunakan mengangkut pasir penuh.

Untuk pasir sebanyak 1 truk colt diesel itu, pembeli berani membayar harga Rp100 ribu. Uang itu harus dibagi kembali, Rp50 ribu rupiah untuk membayar sewa pemiliki lokasi penambangan pasir dan sisanya dibagi berdua yakni Rp25 ribu perorang.

Penghasilan uang sebesar Rp25 ribu tentunya pas-pasan untuk bisa hidup. Meski tinggal di desa, mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan ala kadarnya.

(Jaka Samudra/RCTI/kem)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar